Header Ads

Cerita pengungsi tampan Rohingya dapat HP dari seorang dokter

Muhammadul Hasan (17), imigran asal Rohingya setiap harinya terlihat sibuk. Hal ini karena hanya dia satu-satunya pengungsi yang bisa berbahasa Inggris dan bahasa Burma.  Saat ditemui di lokasi pengungsian di Kuala Langsa, Kota Langsa, Aceh, Muhammadul Hasan mengaku sendirian berada di pengungsian. Sedangkan kedua orang tuanya berada di Burma dan sudah melakukan komunikasi dengan kedua orangtuanya.  Kisah Muhammadul Hasan bisa berkomunikasi dengan orang tuanya bermula baik dokter maupun relawan menggunakan jasanya sebagai penerjemah. Pada suatu hari, Hasan diminta menjadi penerjemah oleh seorang dokter 4 hari lalu.  Setelah semua tugas medis dan menerjemahkan dengan pasien. Hasan kemudian meminta pinjam HP kepada dokter tersebut. Dia meminjam HP agar bisa berkomunikasi dengan kedua orangtua di Burma.  "Saya bilang sama dokter untuk pinjam HP hendak menelepon orangtua, terus dokter itu membelikan saya satu buah HP," kata Muhammadul Hasan, Minggu (24/5).  Hasan pun langsung berbicara dengan kedua orangtua dan memberitahukan dirinya sudah berada di Aceh. Selain itu, Hasan juga sering membantu rekannya yang lain saat membutuhkan pertolongan menghubungi keluarganya.  "Saya masih simpan nomor HP orangtua saya, makanya langsung saya telepon," terangnya.  Tak hanya Hasan yang mendapatkan hadiah HP dari dokter tersebut. Seorang rekannya yang perempuan pun mendapatkan HP. Namun, perempuan tersebut tidak bisa menggunakan HP, sehingga lagi-lagi Hasan mengajarkan rekannya cara menggunakan HP.  "Itu kawan saya juga dibelikan HP, tadi dia tidak bisa menyimpan nomor HP dan sudah saya ajarkan," jelasnya.  Pada camp pengungsian etnis Rohingya dan Bangladesh di Kuala Langsa terdapat 682 orang. Kedua kelompok ini mereka dipisahkan tempat penampungan. Termasuk saat makan, lokasinya tetap dibedakan.
TuguLangsa - Muhammadul Hasan (17), imigran asal Rohingya setiap harinya terlihat sibuk. Hal ini karena hanya dia satu-satunya pengungsi yang bisa berbahasa Inggris dan bahasa Burma.

Saat ditemui di lokasi pengungsian di Kuala Langsa, Kota Langsa, Aceh, Muhammadul Hasan mengaku sendirian berada di pengungsian. Sedangkan kedua orang tuanya berada di Burma dan sudah melakukan komunikasi dengan kedua orangtuanya.

Kisah Muhammadul Hasan bisa berkomunikasi dengan orang tuanya bermula baik dokter maupun relawan menggunakan jasanya sebagai penerjemah. Pada suatu hari, Hasan diminta menjadi penerjemah oleh seorang dokter 4 hari lalu.

Setelah semua tugas medis dan menerjemahkan dengan pasien. Hasan kemudian meminta pinjam HP kepada dokter tersebut. Dia meminjam HP agar bisa berkomunikasi dengan kedua orangtua di Burma.

"Saya bilang sama dokter untuk pinjam HP hendak menelepon orangtua, terus dokter itu membelikan saya satu buah HP," kata Muhammadul Hasan, Minggu (24/5).

Hasan pun langsung berbicara dengan kedua orangtua dan memberitahukan dirinya sudah berada di Aceh. Selain itu, Hasan juga sering membantu rekannya yang lain saat membutuhkan pertolongan menghubungi keluarganya.

"Saya masih simpan nomor HP orangtua saya, makanya langsung saya telepon," terangnya.
Tak hanya Hasan yang mendapatkan hadiah HP dari dokter tersebut. Seorang rekannya yang perempuan pun mendapatkan HP. Namun, perempuan tersebut tidak bisa menggunakan HP, sehingga lagi-lagi Hasan mengajarkan rekannya cara menggunakan HP.

"Itu kawan saya juga dibelikan HP, tadi dia tidak bisa menyimpan nomor HP dan sudah saya ajarkan," jelasnya.

Pada camp pengungsian etnis Rohingya dan Bangladesh di Kuala Langsa terdapat 682 orang. Kedua kelompok ini mereka dipisahkan tempat penampungan. Termasuk saat makan, lokasinya tetap dibedakan.[hhw]|Merdeka
Diberdayakan oleh Blogger.