Gerakan “Ayo… Kutip Sampah Plastik” Karena Laut Adalah Halaman & Garis Terdepan Negeri Kita
Indonesia terletak pada posisi geografis yang strategis, dimana gugus kepulauannya terbentang dan berada di sepanjang garis khalutistiwa, menghubungkan dua benua yaitu Asia dan Australia serta dua samudera, yaitu Hindia dan Pasifik. Oleh karena itulah, Indonesia dijuluki Nusantara (Kepulauan Antara) dengan slogan pemersatu, Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda namun tetap satu).
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Tidak kurang dari 13.466 pulau dan diantaranya terdapat 92 pulau terluar yang beserta ruang laut, darat dan udara, membangun wilayah negara dengan total luas lebih dari 5,1 juta km per segi. Sebagai negara kepulauan, dua pertiga luas wilayah negara ini adalah lautan. Terumbu karang, mangrove, dan padang lamun adalah tiga ekosistem kunci di kawasan pesisir dan laut. Terumbu karang dan mangrove merupakan ekosistem yang menjadi kekayaan dan kebanggaan di hampir seluruh bentang laut (seascape) di Indonesia.
Secara ekologi, sosial ekonomi dan politik, seluruh bentuk ekosistem pesisir dan laut tersebut sangat penting karena memberikan jasa lingkungan (environmental services) besar untuk masyarakat Indonesia, antara lain asupan protein (hewani dan nabati), keindahan bahari, air dan udara bersih di kawasan pesisir dan perlindungan kawasan pantai dari ancaman bencana alam seperti abrasi dan tsunami.
Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati dan ekosistem laut paling tinggi sekaligus paling rentan di dunia. Laut kita menjadi sangat rapuh dan rentan kelestariannya disebabkan banyak faktor, namun setidaknya dapat diuraikan menjadi lima hal serius dan mendasar.
Pertama, merajalela dan serakahnya korporasi global dalam pengurasan sumber daya mineral dan sumber daya ikan. Hal ini telah menyebabkan tangkapan berlebih (Overfishing) dan seringkali mereka ‘menghalalkan’ ikan dari hasil penangkapan yang ilegal, tidak diatur (merusak) dan tidak dilaporkan (IUU fishing).
Kedua, pencemaran laut yang disebabkan oleh limbah cair dan sampah padat dari kegiatan industri dan domestik serta tumpahan minyak.
Ketiga, semakin lunturnya budaya dan kearifan lokal dalam membangun teladan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut yang berkelanjutan.
Keempat, meningkatnnya dampak negatif dari perubahan iklim, seperti percepatan mencairnya es di kawasan kutub, naiknya permukaan air laut dan pemutihan massal (mass bleaching) terumbu karang.
Kelima, masih sangat lemahnya upaya penegakan hukum serta dukungan dan komitmen untuk mewujudkan tata-kelola kelautan yang baik (good oceans governance).
Sungguh saat ini kita sedang menghadapi krisis perikanan dan kehancuran ekosistem pesisir dan laut yang sangat mengkuatirkan. Kondisi ini sangat membutuhkan perhatian dan dukungan nyata dari kita semua.
Oleh karena itu, sudah seharusnya kita menyadari dan membangun komitmen bagi pelestarian ekosistem pesisir dan laut dengan memastikan pemanfaatan sumber daya ikan (SDI) yang berkelanjutan dan berkeadilan.
Sebagai bagian dari komitmen AKAL Foundation untuk mewujudkan 100% Langsa Hijau Damai, pada tahun 2017, AKAL Foundation secara resmi meluncurkan Gerakan “ Ayo… Kutip Sampah Plastik dalam Kampanye Laot Bukan Tong Sampah.
Gerakan Moral AKAL Foundation di Kota Langsa bertujuan untuk menggerakkan dan mendukung terwujudnya solidaritas, keadilan, keberlanjutan dan pengelolaan jejaring kawasan konservasi laut yang efektif, serta memastikan Tumbuhnya Semangat untuk Menjaga kebersihan Laot demi menjaga pencaharian masyarakat lokal, kelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayati laut.
Mari JAGA LAOT KITA, Menjaga dalam arti memulihkan, menyelamatkan, melestarikan dan memanfaatkannya secara bertanggungjawab, berkelanjutan dan berkeadilan.
AKAL Foundation berkomitmen untuk terus bersuara, memberikan solusi dan melakukan aksi nyata untuk laut Aceh khususnya Langsa yang terpulihkan dan sehat. Bersama dan dengan dukungan anda semua, kami yakin bisa mewujudkannya! Amin…
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Tidak kurang dari 13.466 pulau dan diantaranya terdapat 92 pulau terluar yang beserta ruang laut, darat dan udara, membangun wilayah negara dengan total luas lebih dari 5,1 juta km per segi. Sebagai negara kepulauan, dua pertiga luas wilayah negara ini adalah lautan. Terumbu karang, mangrove, dan padang lamun adalah tiga ekosistem kunci di kawasan pesisir dan laut. Terumbu karang dan mangrove merupakan ekosistem yang menjadi kekayaan dan kebanggaan di hampir seluruh bentang laut (seascape) di Indonesia.
Secara ekologi, sosial ekonomi dan politik, seluruh bentuk ekosistem pesisir dan laut tersebut sangat penting karena memberikan jasa lingkungan (environmental services) besar untuk masyarakat Indonesia, antara lain asupan protein (hewani dan nabati), keindahan bahari, air dan udara bersih di kawasan pesisir dan perlindungan kawasan pantai dari ancaman bencana alam seperti abrasi dan tsunami.
Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati dan ekosistem laut paling tinggi sekaligus paling rentan di dunia. Laut kita menjadi sangat rapuh dan rentan kelestariannya disebabkan banyak faktor, namun setidaknya dapat diuraikan menjadi lima hal serius dan mendasar.
Pertama, merajalela dan serakahnya korporasi global dalam pengurasan sumber daya mineral dan sumber daya ikan. Hal ini telah menyebabkan tangkapan berlebih (Overfishing) dan seringkali mereka ‘menghalalkan’ ikan dari hasil penangkapan yang ilegal, tidak diatur (merusak) dan tidak dilaporkan (IUU fishing).
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjn1CS4crAs_OJ_9F9HNCFuzGusUa0fjRFvOvzogkkilDUBJEITHrTUhfD3bWsLHjeHF0jCgOw6UCuMOur87ej6sj_p_GE5kKHfCp1-JswGsKBQwTomreHGlHNEAtGz3PMITF3gsZWOwJY2/s640/20161113_135628.jpg)
Ketiga, semakin lunturnya budaya dan kearifan lokal dalam membangun teladan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut yang berkelanjutan.
Keempat, meningkatnnya dampak negatif dari perubahan iklim, seperti percepatan mencairnya es di kawasan kutub, naiknya permukaan air laut dan pemutihan massal (mass bleaching) terumbu karang.
Kelima, masih sangat lemahnya upaya penegakan hukum serta dukungan dan komitmen untuk mewujudkan tata-kelola kelautan yang baik (good oceans governance).
Sungguh saat ini kita sedang menghadapi krisis perikanan dan kehancuran ekosistem pesisir dan laut yang sangat mengkuatirkan. Kondisi ini sangat membutuhkan perhatian dan dukungan nyata dari kita semua.
Oleh karena itu, sudah seharusnya kita menyadari dan membangun komitmen bagi pelestarian ekosistem pesisir dan laut dengan memastikan pemanfaatan sumber daya ikan (SDI) yang berkelanjutan dan berkeadilan.
Sebagai bagian dari komitmen AKAL Foundation untuk mewujudkan 100% Langsa Hijau Damai, pada tahun 2017, AKAL Foundation secara resmi meluncurkan Gerakan “ Ayo… Kutip Sampah Plastik dalam Kampanye Laot Bukan Tong Sampah.
Gerakan Moral AKAL Foundation di Kota Langsa bertujuan untuk menggerakkan dan mendukung terwujudnya solidaritas, keadilan, keberlanjutan dan pengelolaan jejaring kawasan konservasi laut yang efektif, serta memastikan Tumbuhnya Semangat untuk Menjaga kebersihan Laot demi menjaga pencaharian masyarakat lokal, kelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayati laut.
Mari JAGA LAOT KITA, Menjaga dalam arti memulihkan, menyelamatkan, melestarikan dan memanfaatkannya secara bertanggungjawab, berkelanjutan dan berkeadilan.
AKAL Foundation berkomitmen untuk terus bersuara, memberikan solusi dan melakukan aksi nyata untuk laut Aceh khususnya Langsa yang terpulihkan dan sehat. Bersama dan dengan dukungan anda semua, kami yakin bisa mewujudkannya! Amin…