Propaganda Sebagai Pendekatan Persuasi Politik
TuguLangsa - Ada tiga pendekatan kepada
persuasi politik, yakni propaganda, periklanan dan retorika. Semuanya serupa
dalam beberapa hal yakni bertujuan , disengaja dan melibatkan pengaruh; terdiri atas hubungan timbal balik antara
orang-orang dan semuanya menghasilkan berbagai tingkat perubahan dalam
persepsi, kepercayaan, nilai dan pengharapan pribadi. Tentu saja ketiganya juga
memiliki kekhususan yang membedakan satu dengan lainnya.
Sebahagian ahli
mendefinisikan persuasi adalah usaha
yang disadari untuk mengubah sikap, kepercayaan atau prilaku orang melalui
transmisi pesan. Bisa saja, banyak definisi yang dikemukakan, tapi diantara
karakteristik umumnya persuasi selalu melibatkan tujuan melalui pembicaraan.
Sifatnya juga dialektis dan merupakan proses timbal balik. Dalam hal ini dengan
sengaja atau tidak menimbulkan perasaan responsif pada orang lain. Selain dia
juga bercirikan kemungkinan.
Dari ketiga pendekatan persuasi seperti disebut diatas, propaganda memiliki catatan konseptual dan histroris yang menarik untuk diamati. Propaganda sebagai komunikasi yang digunakan oleh suatu kelompok terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan-tindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu, dipersatukan secara psikologis melalui manipulasi psikologis dan digabungkan di dalam suatu organisasi.
Berkaitan dengan konsepsi ini dikenal adanya propaganda agitasi dan propaganda integrasi. Agitasi berusaha agar orang-orang bersedia memberikan pengorbanan yang besar bagi tujuan yang langsung, mengorbankan jiwa mereka dalam usaha mewujudkan cita-cita dalam tahap-tahap yang merupakan suatu rangkaian. Sementara integrasi menggalang kesesuaian di dalam mengejar tujuan-tujuan jangka panjang. Melalui propaganda ini orang-orang mengabdikan diri kepada tujuan-tujuan yang mungkin tidak akan terwujud dalam waktu bertahun-tahun.
Propaganda Vertikal : Satu-Kepada-Banyak
Propaganda dalam realitasnya mengambil bentuk vertikal dan horizontal. Bentuk yang pertama adalah representasi propaganda satu-kepada-banyak (one-to-many). Sementara propaganda horizontal bekerja lebih di antara keanggotaan kelompok ketimbang dari pemimpin kepada kelompok. Artinya yang kedua lebih banyak menggunakan komunikasi interpersonal dan komunikasi organisasi, ketimbang melalui komunikasi massa.
Dari ketiga pendekatan persuasi seperti disebut diatas, propaganda memiliki catatan konseptual dan histroris yang menarik untuk diamati. Propaganda sebagai komunikasi yang digunakan oleh suatu kelompok terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan-tindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu, dipersatukan secara psikologis melalui manipulasi psikologis dan digabungkan di dalam suatu organisasi.
Berkaitan dengan konsepsi ini dikenal adanya propaganda agitasi dan propaganda integrasi. Agitasi berusaha agar orang-orang bersedia memberikan pengorbanan yang besar bagi tujuan yang langsung, mengorbankan jiwa mereka dalam usaha mewujudkan cita-cita dalam tahap-tahap yang merupakan suatu rangkaian. Sementara integrasi menggalang kesesuaian di dalam mengejar tujuan-tujuan jangka panjang. Melalui propaganda ini orang-orang mengabdikan diri kepada tujuan-tujuan yang mungkin tidak akan terwujud dalam waktu bertahun-tahun.
Propaganda Vertikal : Satu-Kepada-Banyak
Propaganda dalam realitasnya mengambil bentuk vertikal dan horizontal. Bentuk yang pertama adalah representasi propaganda satu-kepada-banyak (one-to-many). Sementara propaganda horizontal bekerja lebih di antara keanggotaan kelompok ketimbang dari pemimpin kepada kelompok. Artinya yang kedua lebih banyak menggunakan komunikasi interpersonal dan komunikasi organisasi, ketimbang melalui komunikasi massa.
Kalau dulu komunikasi satu-kepada-banyak mungkin diwakili
oleh propagandis-propagandis lewat pidato-pidato keliling di depan kumpulan
partisan mereka, tapi sekarang hal ini lebih sering dilakukan melalui media
massa.
Ada beberapa hal pokok yang biasa dilakukan dalam propaganda. 7 teknik propaganda penting yang memanfaatkan kombinasi kata, tindakan dan logika untuk tujuan persuasif.
1. Name calling, memberi label buruk kepada gagasan, orang, objek atau tujuan agar orang menolak sesuatu tanpa menguji kenyataannya. Misalnya menuduh lawan pemilihan sebagai “penjahat”.
2. Glittering generalities, menggunakan “kata yang baik” untuk melukiskan sesuatu agar mendapat dukungan, lagi-lagi tanpa menyelidiki ketepatan asosiasi itu. Misal AS menyebut operasi mereka ke Afghanistan beberapa waktu lalu sebagai “Operasi Keadilan Tak Terhingga”, dengan misi “hukum tanpa batas” begitu juga saat merencanakan serangan ke Irak, AS menyebutnya sebagai misi kemanusiaan untuk membebaskan manusia dari teror senjata pemusnah massal.
3. Transfer, yakni mengidentifikasi suatu maksud dengan lambang autoritas.
Ada beberapa hal pokok yang biasa dilakukan dalam propaganda. 7 teknik propaganda penting yang memanfaatkan kombinasi kata, tindakan dan logika untuk tujuan persuasif.
1. Name calling, memberi label buruk kepada gagasan, orang, objek atau tujuan agar orang menolak sesuatu tanpa menguji kenyataannya. Misalnya menuduh lawan pemilihan sebagai “penjahat”.
2. Glittering generalities, menggunakan “kata yang baik” untuk melukiskan sesuatu agar mendapat dukungan, lagi-lagi tanpa menyelidiki ketepatan asosiasi itu. Misal AS menyebut operasi mereka ke Afghanistan beberapa waktu lalu sebagai “Operasi Keadilan Tak Terhingga”, dengan misi “hukum tanpa batas” begitu juga saat merencanakan serangan ke Irak, AS menyebutnya sebagai misi kemanusiaan untuk membebaskan manusia dari teror senjata pemusnah massal.
3. Transfer, yakni mengidentifikasi suatu maksud dengan lambang autoritas.
4. Testimonial,
memperoleh ucapan orang yang dihormati atau dibenci untuk mempromosikan atau meremehkan suatu maksud. Kita mengenalnya dalam dukungan politik oleh surat
kabar , tokoh terkenal, dll.
5. Plain
folks, imbauan yang mengatakan bahwa pembicara berpihak kepada khalayaknya
dalam usaha bersama yang kolaboratif. Misalnya, “saya salah seorang dari anda,
hanya rakyat biasa”.
6. Card
stacking, memilih dengan teliti pernyataan yang akurat dan tidak akurat,
logis dan tak logis dan sebagainya untuk membangun suatu kasus. Misalnya
kata-kata “pembunuhan terhadap pemimpin kita, benar-benar menunjukan penghinaan
terhadap partai kita !”.
7. Bandwagon,
usaha untuk meyakinkan khalayak akan kepopuleran dan kebenaran tujuan sehingga setiap orang akan “turut naik”.
Prinsip satu-kepada-banyak yang menjadi pegangan propaganda,
semakin menemukan momentumnya seiring dengan berkembangnya media massa. Dengan mengusung propaganda tertentu dan dalam waktu yang relatif lama mampu bertahan
melakukan korporasi terhadap hampir segenap lapisan masyarakat. Persuasi model
ini terus dilakukan sehingga rakyat mengidentifikasikan diri menjadi bagian
dari Tujuan Misi Propaganda tersebut. (Koceb)