Grahutani Khawatirkan Kelestarian Penyu di Pijay
TuguLangsa - Aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Grahutani menyatakan kekhawatirannya terhadap kelestarian penyu di sepanjang pantai dalam kawasan Pidie Jaya. Pasalnya, dalam dua tahun terakhir, ribuan butir telur penyu yang diambil dari sarangnya di sepanjang pantai di Pidie Jaya diperjualbelikan secara bebas di sejumlah warung nasi.
Direktur LSM Grahutani Pidie Jaya, Tgk Azwar Aswah kepada Serambi Minggu (23/1) mengatakan, maraknya penjualan telur penyu dalam dua tahun telah semakin mempersempit ruang gerak pengembangbiakan binatang tersebut.
Menurut dia, sejumlah warung nasi di Meureudu, Pangwa, Pante Raja, dan bahkan di Kota Sigli, Kabupaten Pidie, setiap hari mendapat pasokan telur panyu, yang kemudian dijual dengan harga antara Rp 4.000 hingga Rp 6.000. “Jumlah telur penyu yang diperjualbelikan setiap harinya mencapai ribuan butir,” ujarnya. Ia menyarankan pihak Dinas Kelautan Perikanan (DKP) setempat atau Aceh untuk bisa membangun pusat konservasi sebagai langkah untuk menyelamatkan habitat binatang tersebut agar tidak dikonsumsi oleh masyarakat secara liar.
“Berdasarkan penelusuran lembaga kita, saat ini merupakan musim pendaratan penyu di seluruh Aceh. Kami selaku lembaga konservasi dalam hal ini sangat menyanyangkan apabila pemerintah tinggal diam,” jelasnya. Umumnya, tambah Azwar, penyu-penyu yang didaratkan oleh sejumlah warga merupakan jenis penyu bersisik dan hijau. “Kami sangat mendesak kepada pemerintah Aceh agar segera menyikapi persoalan tersebut secepatnya,” pungkasnya.
Info tentang LSM GrahutaniAceh