Header Ads

Hentikan Baca Alquran Langgam Jawa!

TuguLangsa - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhamadiyah, Din Syamsuddin, berharap pembacaan Alquran dengan langgam Jawa tidak menjadi isu kontroversial yang menimbulkan pro kontra berlebihan.

“Secara normatif theologi, tidak ada larangan baik sunnah maupun Alquran (dibaca) dengan pelantunan langgam di luar langgam Arab, karena sejatinya Alquran berbahasa Arab dan turun di sana, sehingga wajar jika ditransmisikan menggunakan langgam di sana,” katanya seperti dilansir ROL, Jumat (21/5/2015).

Ia mengimbau agar pemerintah meredam masalah ini, dan tidak berpretensi terhadap langgam daerah sebagai pilihan bangsa Indonesia.

“(Karena) hal itu memecah belah kita (Indonesia) yang sudah punya banyak masalah,” imbuhnya.
Din mengaku dirinya juga tidak tahu langgam apa yang digunakan Rasulullah saat membaca Alquran, apakah sama dengan yang diwarisi para qori dan qoriah atau tidak.

Langgam itu, lanjut Din, dikenal oleh khalayak pada umumnya yang kemudian menjadi tradisi di Indonesia. Namun demikian ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini mengingatkan bahwa kriteria dalam membaca Alquran adalah harus sesuai dengan tajwid serta mahrajnya, sehingga huruf dapat benar panjang dan pendeknya.

“Hal itu demi mencegah perubahan arti ayat Alquran ketika membacakannya. Jangan sampai pelanggaman itu merubah arti, karena itu fatal,” pungkasnya.

Seperti diketahui, pro kontra muncul setelah dalam peringatan Isra Mi’raj di Istana Negara, Minggu (17/5/2015), qori Muhammad Yasser Arafat membaca Surah An Najm ayat 1-15 dengan menggunakan langgam Jawa.

Pembacaan dengan cara yang tak biasa ini sontak membuat umat Muslim terkejut dan mempertanyakan apa maksud penggunaan langgam ini. Terlebih karena beberapa kebijakan pemerintah ada yang dianggap tidak pro-Islam, di antaranya mewacanakan persetujuan nikah beda agama. (man)|CitraIndonesia
Diberdayakan oleh Blogger.