Kawasan Mangrove Kota Langsa Butuh Perhatian Serius
LANGSA
–
Kawasan mangrove kuala langsa memutuhkan perhatian serius dari segala pihak,
hal ini terungkap dalam Fokus Grube Diskusi (FGD) perlindungan kawasan
ekosistem mangrove langsa yang di selengarakan oleh pemko langsa dan Lembaga
Pengelola Pesisir (LPPM) Meuseuraya di aula Cakradonya, Langsa—dalam hari
puncak peringatan Hari Bumi 2015.
Hadir sebagai nara
sumber Direktur Bina Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia, Ir Herudojo Tjiptono MP. Senator asal Aceh, Rafly
dan Wali Kota Langsa.
Acara FGD ini merupakan
bagian dari Kunjungan kerja rombongan Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan juga diikuti Kepala Balai Mangrove Wilayah II Sumatera dan
Kalimantan, Karjono dan Darmawi dari BPDAS Krueng Aceh.
Ir
Herudojo mengatakan, Indonesia memiliki ekosistem mangrove terluas di dunia.
Dimana permasalahan mangrove yang paling banyak adalah alih fungsi kawasan. “Saya
salut dengan komitmen Wali Kota yang ingin mengembangkan kawasan mangrove di
Langsa sebagai tujuan wisata dan pendidikan,” kata Heru.
Dikatakan,
peran ekosistem mangrove juga sebagai tempat berlindung dan berkembangbiak
berbagai jenis burung, mamalia, reptil, dan serangga dan juga sebagai tempat
menyediakan hasil hutan, sebagai tempat wisata alam. “Mangrove juga menjadi tempat
penyimpanan karbon yang tinggi, penyerap polutan, serta sebagai peneliti dan
pendidikan,” kata Herudojo Tjiptono.
Ia menambahkan,
Kementerian siap memfasilitasi program usulan Pemerintah Kota Langsa untuk
mendukung kebijakan pelestarian mangrove di pantai timur Aceh. “Kami akan
selalu membantu, terutama di police-nya,” kata Herudojo.
Sementara itu, Rafli
mengatakan, persoalan mangrove harus ada penangan yang terintegritas yakni
dengan melibatkan semua stakeholder sehingga mangrove dapat dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya.
Ia menambahkan, pemerintah
menjadi media atau fasilitator untuk memberikan efek yang baik, output yang
dapat membangkitkan semangat masyarakat untuk bersama-sama membudidayakan
mangrove, sehingga terciptanya lapangan kerja yang layak dan baik untuk
masyarakat. “Hutan itu harus bisa memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat di
sekitar hutan,” katanya. Karena itu, Rafly menyarankan agar lahirnya masterplan
pengelolaan kawasan mangrove Kuala Langsa, sehinga pembagunan lebih terarah dan
berpihak pada kearifan lokal.
Wali Kota Langsa, Tgk
Usman Abdullah SE dalam sambutan mengatakan, ia berharap Pemerintah Pusat
melalui Kementerian terkait segera merealisasikan kegiatan pemulihan kawasan
hutan mangrove. “Pemerintah daerah sangat terbatas dalam pendanaan, karena itu,
Pusat harus komit dengan mengembangkan mangrove Langsa sebagai satu-satuya
situs mangrove yang masih ada di Aceh,” pungkas Wali Kota Langsa. (Ratno Sugito)