Tanaman Bambu Sangat Efektif Untuk Mitigasi Bencana Longsor
TuguLangsa.Com - Tanaman
bambu mampu mensejahterakan masyarakat yang mengembangkannya. Bambu
tidak hanya mempunyai fungsi ekologis, tetapi juga ekonomis dan
estetika. Perakaran bambu bisa menguatkan tanah di lereng gunung dan
daerah aliran sungai sehingga tidak terjadi longsor dan erosi.
Bambu
bisa menyimpan air rata-rata 1 liter per hari sehingga bisa
mempertahankan mata air pegunungan dan debit air sungai serta mencegah
banjir. Bambu juga dapat menciptakan iklim mikro yang memungkinkan
berkembangnya dan tempat mikroorganisme lain.
Bambu juga
bisa menjadi bahan bangunan, alat masak dan makan, alat musik, aneka
kerajinan tangan, aneka bahan makanan, bahan obat, alat keamanan. Karena
bambu bisa menjadi aneka macam produk itu, bambu bisa menghasilkan
penghasilan yang cukup tinggi bagi pengembangnya dan bisa memberikan
ketenangan dengan kerimbunannya.
“Tak heran bila salah
satu raja di Jawa Barat mengatakan bahwa bila seorang warga mempunyai
serumpun bambu maka masyarakat bisa sejahtera,” demikian kata Jatnika
sebagai Ketua Yayasan Bambu Indonesia di sela acara peluncuran Program
Pelestarian dan Penanaman Bambu di lokasi Workshop Yayasan Bambu
Indonesia, Cibinong, Jawa Barat (13/1).
Langka dan Perlu Dilestarikan
Namun
saat ini kearifan budaya masyarakat yang berkaitan dengan bambu mulai
menghilang. Bahkan tanaman bambu juga sudah mulai langka. Menurut
Jatnika, ada 37 jenis tanaman bambu yang endemik di Provinsi Jawa Barat
hampir punah karena kurangnya kepedulian dan upaya pelestariannya.
Selain itu juga karena kurangnya lahan penanaman karena perubahan fungsi
lahan menjadi areal perumahan penduduk.
Jenis bambu yang
mulai sulit ditemui dan hampir punah antara lain, Eul-eul, Tutul,
Betung, Wulung (hitam), Tamiang, Haur Koneng dan Haur Gereng.
Melihat
pentingnya fungsi bambu, Yayasan Keanekaragaman Hayati (Kehati) dan
Alstom Foundation bekerjasama mendukung pelestarian jenis-jenis bambu di
Indonesia khususnya di Pulau Jawa. Program pelestarian dan penanamn
bambu akan dilakukan bersama Yayasan Bambu Indonesia, Kelompok Tani
Sanggabuana di Pesanggrahan, Jakarta, Pemerintah Daerah setempat dan
masyarakat di sekitarnya.
Pada kegiatan program
pelestarian ini, akan ditanam sejumlah 3000 tanaman bambu yang terdiri
dari lima jenis tanaman dengan fungsi ekologis, ekonomisnya, dan tingkat
kelangkaannya, di antaranya adalah bambu Tali (Gigantochloa
hasskarliana), bambu Gombong, bambu Bitung (Dendrocalamus asper), bambu
hitam (Gigantochloa atroviolacea) dan bambu haur koneng. Tanaman bambu
ini akan ditanam di bantaran Sungai Ciliwung tepatnya di Cibinong dan
bantaran Sungai Pesangrahan dari hulu sampai hilir (Jakarta).
“Kehati
sangat mendukung kegiatan pelestarian tanaman bambu ini karena
merupakan multipurpose spesies yaitu tanaman yang serba guna. Selain
dapat menjadi rumah bagi organism lain, bambu juga dapat menjadi bahan
alternatif papan yang mengisi kebutuhan kayu bagi pembangunan, sehingga
kita lagi bergantung pada kayu di hutan,” kata MS. Sembiring Direktur
Eksekutif Yayasan Kehati Indonesia.
“Pertumbuhan bambu
yang cepat juga dapat membantu menyelamatkan daerah resapan air
khususnya bantaran sungai secara cepat pula,” lanjut Sembiring.
Alstom
Foundation juga memilih melestarikan bambu karena fungsinya untuk
lingkungan hidup dan komunitas masyarakat lokal yang besar. Menurut
Edward Thiessen sebagai Country Presiden Alstom Indonesia, bambu bisa
mencegah dampak perubahan iklim karena bisa menyerap karbon.
Antung
Deddy Radiansyah sebagai Asdep Keanekaragaman Hayati dan Pengendalian
Kerusakan Lahan, Kementerian Lingkungan Hidup mengatakan bahwa di
tingkat internasional, bambu mempunyai nilai penting dalam hal
penyerapan karbon penyebab perubahan iklim serta pelaksanaan konservasi
dan pembagian keuntungan yang diatur dalam Konvensi Keanekaragaman
Hayati yang telah disepakati di Nagoya, Jepang Oktober tahun lalu.
“Dengan
adanya ketentuan pemanfaatan dan pembagian keuntungan ini, pemanfaatan
bambu bisa memberikan keuntungan bagi Indonesia sebagai negara endemik
bambu terkait dan masyarakat lokal yang mengembangkan dan melestarikan
jenis tanaman bambu itu,” jelas Antung di sela penanaman bibit bambu
secara simbolik di tempat yang sama.
Sebaran jenis bambu
di dunia terdapat lebih dari 1.250 jenis, yang berasal dari 75 marga.
Indonesia yang merupakan daerah tropis terdapat sekitar 160 jenis bambu,
88 di antaranya merupakan jenis endemik atau hanya dapat ditemukan di
Indonesia dan hanya 56 jenis di antaranya dapat berfungsi secara
ekonomis. | BeritaBumi







