Pengungsi Rohingya Bisa Rusak Sungai Kuala Langsa
TuguLangsa – Sedikitnya 682 orang pengungsi migran
Rohingya dan Bangladesh yang ditampung di Pelabuhan Desa Kuala, membuang
tinja ke sungai Kuala Langsa. Pembuangan kotoran manusia (tinja) secara
langsung ke sungai mengakibatkan polusi air di kawasan tersebut. Sungai
ini termasuk dalam kawasan hutan mangrove Kota Langsa.
Sejak 15 Mei 2015, ratusan pengungsi migran Rohingya dan Bangladesh
ditampung di pelabuhan Kuala Langsa. Untuk kebutuhan pembuangan tinja
para pengungsi, telah dibuat jamban atau water closet (wc) di
tepi sungai pelabuhan Kuala Langsa. Jamban itu berada di atas permukaan
air. Sehingga setiap hari para pengungsi membuang tinja langsung ke
sungai.
Yusmadi Yusuf, aktivis lingkungan Kota Langsa mengatakan pembuangan
tinja yang tidak memperhatikan lingkungan ini sangat mencemaskan.
Sebaiknya lembaga yang menangani pengungsi migran di Kuala Langsa
seperti IOM dan UNHCR tidak membiarkan hal ini terjadi.
“ Bayangkan ratusan orang setiap hari membuang kotoran manusia ke
sungai di pelabuhan, jumlah kotoran tinja itu bisa mencapai puluhan
bahkan ratusan ton banyaknya, dan ini sudah berlangsung hampir satu
bulan. Hal ini telah mencemari air di kawasan hutan mangrove Kuala
Langsa, “ ungkap Yusmadi.
Yusmadi menjelaskan pembuangan tinja secara langsung ke sungai
mengakibatkan polusi air. Jika air sungai tercemar maka hewan air yang
berada di dalamnya juga tercemar. Jadi, jika hewan air seperti ikan,
kepiting, udang dan berbagai jenis lainya dikonsumsi sudah pasti yang
mengkonsumsi tersebut akan mengalami gangguan kesehatan.
“Hewan air yang hidup di kawasan mangrove Kuala Langsa, seperti ikan,
kepiting, udang dan berbagai jenis kerang selama ini merupakan sumber
makanan masyarakat. Jadi pencemaran air di kawasan mangrove sangat
membahayakan kesehatan masyarakat Kota Langsa,” ungkap Yusmadi.
Tak Profesional
Tgk. Miswarisa dari LSM Suara Rakyat Aceh (SURA), meminta Internasional Organization For Migration (IOM ) dan UNHCR yang menangani pengungsi di Kuala Langsa, bekerja profesional, tidak membiarkan pembuangan kotoran manusia (tinja) ke sungai, apalagi membuat jamban di atas air sungai.
Tgk. Miswarisa dari LSM Suara Rakyat Aceh (SURA), meminta Internasional Organization For Migration (IOM ) dan UNHCR yang menangani pengungsi di Kuala Langsa, bekerja profesional, tidak membiarkan pembuangan kotoran manusia (tinja) ke sungai, apalagi membuat jamban di atas air sungai.
“Sudah hampir sebulan para pengungsi ditampung di pelabuhan kuala
langsa dan selama ini mereka membuang tinja ke sungai itu, hal ini
membuktikan IOM dan UNHCR yang menangani pengungsi di Kuala Langsa,
tidak professional dan membiarkan pencemaran air sungai kawasan mangrove
kuala langsa,” ucap Tgk.Miswarisa.
Tinja manusia dapat menaikkan populasi mikroorganisme di dalam air.
Dengan bertambahnya populasi mikroorganisme di dalam air maka bakteri
patogen ikut berkembang pula. Bakteri ini berbahaya bagi manusia.
Patogen yang sering ditemukan di dalam air adalah bakteri-bakteri
penyebab infeksi saluran pencernaan seperti Vibrio cholerae penyebab
penyakit kolera,Shigella dysenteriae penyebab disenteri basiler,
Salmonella typosa penyebab tifus dan S. paratyphi penyebab paratifus,
virus polio dan hepatitis, dan Entamoeba histolyticapenyebab disentri
amuba.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1357 / Menkes
/SK / XII / 2001 Tentang Standar Minimal Penanggulangan Masalah
Kesehatan Akibat Bencana dan Penanganan Pengungsi, mengatur bahwa
pembuangan kotoran manusia (tinja) dari jamban tidak merembes ke sumber
air mana pun, baik sumur maupun mata air, sungai, dan sebagainya.
Dalam rapat kordinasi tanggal 19 Mei lalu Kepala Imigrasi Langsa,
Maman Budiman mengatakan untuk sementara rumah penampungan imigrasi
masih penuh. Untuk imigran Bangladesh sudah ada keputusan akan
dipulangkan. Namun belum ada kepastian mengenai kapan mereka akan
dipulangkan.
“Jadi besar kemungkinan mereka akan lama berada di penampungan pengungsi Kuala Langsa ,” ucap Maman Budiman.
Sedangkan untuk imigran Rohingya masih belum ada keputusan apapun dan
pemulangannya hampir dipastikan tidak mungkin,”ungkap Maman Budiman.
Data sementara dari imigrasi Langsa menyebutkan jumlah seluruh
imigran yang ditampung di pelabuhan Kuala Langsa adalah 682 orang.
Rohingya 257 orang, 118 laki-laki, 76 perempuan,(1 ibu hamil dan 63
anak-anak). Bangladesh 425 orang, semuanya laki-laki dewasa. Ivo Lestari - Ekuatorial