Banyak Bukti Menunjukkan Masa Depan Bumi Sangat Mengerikan
TuguLangsa - PLANET bumi ini tidak akan abadi. Manusia, hewan dan lain-lain yang bertahan hidup, bergantung kepada bumi, semua akan musnah ketika bumi ini rusak oleh berbagai sebab.
Pemanasan global adalah suatu kejadian yang tak terhindarkan yang mempengaruhi kondisi iklim di bumi. Badai yang merusak, gelombang pasang surut, tsunami dan kelaparan yang disebabkan oleh kekeringan akan terus berlanjut kecuali jika upaya-upaya pengendalian polusi dan kerusakan lingkungan terus dilakukan.
Bumi diusahakan untuk tetap terus lestari melalui perbaikan alam, tetapi manusia akan menerima segala akibat karena proses perbaikan dilakukan dengan ganas dan tak bisa dikendalikan.
Peningkatan kecil dari rotasi bumi yang menyebabkan ketidakseimbangan kandungan isi yang dihabiskan oleh bumi, dapat mempengaruhi umat manusia di berbagai bidang. Perubahan-perubahan pola dari penggunaan lahan, yang pada saat ini lebih banyak penduduk di kota besar dibanding pedesaan.
Kota-kota yang penuh sesak, wilayahnya meluas ke area pedesaan mendesak lahan pertanian. Kumuh dan kotornya kota besar mengganggu kesehatan manusia dan menimbulkan bibit-bibit bencana yang baru.
Tingkat produksi minyak bumi di tahun 2008 dan 2018 akan mencapai titik puncaknya, yang berarti permulaan untuk semakin habisnya minyak bumi. Hal ini dapat memicu terjadinya penurunan ketersediaan energi global, konflik antar wilayah atas ladang minyak dan sumber pangan.
Minyak bumi sangat penting bagi setiap negara untuk melanjutkan aktifitas produksinya, termasuk pertanian dan peternakan. Di masa depan, penipisan kandungan minyak di bumi ini dapat mempengaruhi kehidupan manusia secara signifikan.
Mobil menyumbangkan 3/4 emisi gas dari kendaraan. Dari sekarang, dunia akan dipenuhi lebih dari satu miliar mobil yang menjelajahi jalan raya hingga 2030 dan akan terus bertambah satu miliar lebih lagi di tahun 2050.
PEMBAKARAN
Hal ini berhubungan dengan peningkatan CO2 sebesar 75 persen di atmosfer yang timbul dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas dan batubara), sementara itu 20 persen CO2 yang masuk atmosfer bumi disumbangkan oleh mesin bahan bakar minyak, 80 persen sisa emisi CO2 datang dari pembakaran bahan bakar fosil dari mesin pembangkit listrik.
Karena peningkatan suhu juga meningkatkan kandungan CO2, maka tingkat kelembaban untuk terjadinya awan di udara juga rendah. Hal ini berarti tingkat curah hujan juga akan berkurang, dan secara langsung akan mengakibatkan penurunan hasil pertanian. Tahun 2020 merupakan masa sulit dan meningkatnya volume air secara mendadak di benua Eropa, sejak mencairnya es di kutub utara.
Sejak Hari Bumi pertama di tahun 1970 hingga memasuki milenium baru, manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca sebesar 70 persen. Atmosfer bumi saat ini mengandung 40 persen lebih banyak CO2 dibanding pada awal Revolusi Industri.
Hasil dari pembakaran bahan bakar fosil saat ini menambahkan hampir 6 miliar ton CO2 ke dalam atmosfer setiap tahun. Hanya setengahnya yang diserap oleh hutan dan lautan.
Hujan hutan, pada awalnya menutup 14 persen permukaan bumi. Kini hanya tinggal kurang dari 6 persen saja, para ahli meramalkan sisa hutan tersebut akan habis dalam waktu kurang dari 40 tahun lagi. 1 hangga 1,5 hektar dari hutan hujan hilang tiap satu detik sebagai akibat dari pembangunan di negara industri dan negara berkembang. Hampir setengah jumlah dari seluruh spesies flora, fauna dan mikro organisma akan musnah atau terancam musnah pada 25 tahun mendatang akibat penebangan hutan tropis.
Perkiraan para ahli mengatakan, bahwa kita kehilangan sekitar 137 spesies tumbuhan, binatang dan serangga setiap hari karena penebangan hutan. Atau sebanding dengan 50.000 spesies per tahun. Seiring dengan musnahnya spesies di hutan hujan, bertambah pula berbagai bencana yang mengancam kehidupan manusia.
PENGGUNDULAN
Gencarnya penggundulan hutan menyumbangkan 20 persen polusi pemanasan global karena terhalangnya CO2 untuk terserap kembali.Celakanya, meningkatnya polusi udara, air dan tanah terjadi pada negara-negara berpenghasilan rendah.
Pada tahun 2030, sekitar 18 persen dari terumbu karang akan musnah akibat perubahan iklim dan lingkungan. Pada saat itu jumlah penduduk dunia mencapai 8,3 miliar jiwa. Tahun 2040 Lautan Arktik akan mengalami musim panas pertama tanpa es.
Semenjak hilangnya glacier dan terjadinya musim kering yang panjang, produksi listrik dari PLTA akan berkurang.
Luasan gurun pasir di permukaan bumi akan bertambah yang disebabkan oleh peningkatan suhu di bumi.
Tingkat gas karbon monoksida (CO) di atmosfer bumi akan terus meningkat.
Pengaruh merusak oleh aktivitas manusia dapat berakibat negatif pada sistem kehidupan di bumi. Contohnya perang, dapat merusak bumi di berbagai infrastruktur jalan, pembunuhan masal, kelaparan dan wabah, pembakaran bahan bakar fosil dalam jumlah besar oleh mesin perang, termasuk penebangan hutan dan pengambilan batu dan tanah untuk pembangunan kembali infrastruktur.