Header Ads

Orangutan Bernilai Ekonomis dan Ekologis Tinggi

Proteksi terhadap habitat orangutan perlu terus ditingkatkan, pasalnya orangutan punya nilai ekonomis dan ekologis yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan merusak hutan untuk mengebangkan komoditas tertentu.

Demikian disampaikan Ketua Yayasan Ekosistem Lestari (YEL), Dr Sofyan, dalam acara “Launching Buku Atlas dan Lokakarya Habitat Orangutan dan Fungsinya untuk Kesejahteraan Manusia” Sabtu (12/2) di Hotel Grand Nanggroe, Banda Aceh. Acara ini digelar YLI bekerjasama dengan United Nations Environment Programme (UNEP) dan BKSDA Aceh.

Dr Sofyan mengatakan, saat ini hutan Aceh merupakan habitat terbesar orangutan di Sumatera. Dari 6.620 orangutan di Sumatera, 70 persen berada di Aceh. Untuk itu habitat orangutan perlu terus dilindungi agar ekologi seimbang karena ekosistem lainnya ikut terlindungi.

Dengan melindungi habitat orangutan yang kebanyakan di lahan gambut, lingkungan sekitar juga terlindungi sehingga pada akhirnya mengembalikan manfaat terhadap lingkungan manusia. Lahan gambut diyakini dapat menyerap karbon lima kali lebih banyak menyerap karbon. Ini akan lebih tinggi jika terjadi perdagangan karbon.

Sementara itu, Kepala Sekretariat Aceh Green, M Yakob Ishadamy mengatakan, tingkat kepunahan spesies di dunia sangat cepat sehingga menurunkan produksi ekosistem dan stabilitas alam secara keseluruhan. Oleh karena itu, memelihara proses penggandaan ekosistem memerlukan jumlah spesies yang besar seperti orangutan. Untuk itu perlu kesadaran manusia agar menghargai koneksi antara keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem.

Dalam lokakarya itu, sejumlah kelompok yang terbentuk memberi rekomendasi perlunya penyusunan qanun (perda) tentang habitat orangutan di seluruh kawasan Aceh —terutama di kawasan barat selatan Aceh dan Rawa Tripa—, meninjau HGU, penegasan tata batas habitat orangutan, mengkaji lebih dalam masalah kebijakan, Amdal, sosial budaya, dan pencemaran air. | Tribunnews
Diberdayakan oleh Blogger.