Begini Cara PLTB Samas Menyulap Angin Laut Selatan Jadi Listrik
TuguLangsa - Di sebagian lahan Pantai Samas, Bantul, DIY, akan dibangun 'kebun
angin'. Hasil dari puluhan kincir angin raksaya yang 'ditanam' di sini
adalah energi listrik sebesar 50 MegaWatt.
Nama resmi dari 'kebun angin' ini Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Samas. Presiden Jokowi yang meresmikan dimulainya pembangunan proyek energi alternatif terbesar di Indonesia ini, Senin (4/5/2015).
Sama seperti pembangkit listik yang sudah berdiri, jantung dari PTLB Samas adalah generator penghasil listrik. Bedanya sumber tenaganya bukanlah arus air dan uap, melainkan tiupan kencang angin dari Laut Selatan.
Tiga puluhan kincir angin raksasa yang 'menangkap' hembusan angin itu. Putaran poros kincir akan memutar turbin dan menyalurkan tenaganya ke generator penghasil listrik.
Semakin tinggi tiang dan semakin lebar diameter bilah kincir, semakin besar pula tenaga listrik yang dihasilkan. Tentunya akan semakin besar bila angin yang bertiup juga semakin kencang sebab itu artinya makin kencang pula turbin berputar.
Gampangnya, cara kerja kincir angin ini sama seperti kipas angin di dalam kamar. Bedanya adalah kipas angin menggunakan listrik untuk menghasilkan angin, sedangkan kincir menggunakan angin untuk menghasilkan listrik.
Pada dasarnya PLTB bisa dibangun di mana saja di mana angin berhembus kencang. Selain pantai yang berangin kencang seperti Samas, pulau-pulau terpencil, punggung gunung, padang rumput di perbukitan Nusa Tenggara Timur dan pulau-pulau terpencil cocok untuk lokasi fasilitas serupa.
Kelebihan PLTB adalah sumber pembangkit yang murah, yaitu angin yang pastinya selalu bertiup selama bumi berputar. Penggunaan angin yang merupakan energi terbarukan ini tidak menyisakan limbah beracun berbahaya seperti nuklir.
Namun dari Denmark dan Jerman yang menerapkan PLTB sejak '70-an, tercatat ada dampak negatifnya. Seperti polusi suara dari putaran kincir, interferensi elektromagnetik, mengganggu penerimaan sinyal televisi dan transmisi gelombang mikro komunikasi dan matinya burung serta kelelawar akibat terpukul bilah kincir.
Menurut jadwal, proyek PLTB Samas dapat beroperasi penuh mulai 2018 mendatang. Proyek ini menelan biaya Rp 2 trilyun, terhitung sangat hemat untuk ukuran sebuah pembangkit listrik.
Penghematan besar-besar ini karena PLTB Samas dibangun di atas lahan tepian pantai yang dihibahkan oleh pemiliknya, Sri Sultan Hamengkubuwono X. | LHE (MetroNews)
Nama resmi dari 'kebun angin' ini Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Samas. Presiden Jokowi yang meresmikan dimulainya pembangunan proyek energi alternatif terbesar di Indonesia ini, Senin (4/5/2015).
Sama seperti pembangkit listik yang sudah berdiri, jantung dari PTLB Samas adalah generator penghasil listrik. Bedanya sumber tenaganya bukanlah arus air dan uap, melainkan tiupan kencang angin dari Laut Selatan.
Tiga puluhan kincir angin raksasa yang 'menangkap' hembusan angin itu. Putaran poros kincir akan memutar turbin dan menyalurkan tenaganya ke generator penghasil listrik.
Semakin tinggi tiang dan semakin lebar diameter bilah kincir, semakin besar pula tenaga listrik yang dihasilkan. Tentunya akan semakin besar bila angin yang bertiup juga semakin kencang sebab itu artinya makin kencang pula turbin berputar.
Gampangnya, cara kerja kincir angin ini sama seperti kipas angin di dalam kamar. Bedanya adalah kipas angin menggunakan listrik untuk menghasilkan angin, sedangkan kincir menggunakan angin untuk menghasilkan listrik.
Pada dasarnya PLTB bisa dibangun di mana saja di mana angin berhembus kencang. Selain pantai yang berangin kencang seperti Samas, pulau-pulau terpencil, punggung gunung, padang rumput di perbukitan Nusa Tenggara Timur dan pulau-pulau terpencil cocok untuk lokasi fasilitas serupa.
Kelebihan PLTB adalah sumber pembangkit yang murah, yaitu angin yang pastinya selalu bertiup selama bumi berputar. Penggunaan angin yang merupakan energi terbarukan ini tidak menyisakan limbah beracun berbahaya seperti nuklir.
Namun dari Denmark dan Jerman yang menerapkan PLTB sejak '70-an, tercatat ada dampak negatifnya. Seperti polusi suara dari putaran kincir, interferensi elektromagnetik, mengganggu penerimaan sinyal televisi dan transmisi gelombang mikro komunikasi dan matinya burung serta kelelawar akibat terpukul bilah kincir.
Menurut jadwal, proyek PLTB Samas dapat beroperasi penuh mulai 2018 mendatang. Proyek ini menelan biaya Rp 2 trilyun, terhitung sangat hemat untuk ukuran sebuah pembangkit listrik.
Penghematan besar-besar ini karena PLTB Samas dibangun di atas lahan tepian pantai yang dihibahkan oleh pemiliknya, Sri Sultan Hamengkubuwono X. | LHE (MetroNews)