Come Peduli Lingkungan; Gelar Penanaman Mangrove di Sejumlah Lokasi
TuguLangsa - Kepedulian menjaga lingkungan sangat dibutuhkan, sebab saat ini polusi sudah dalam tahap mengkhawatirkan. Menjadi lebih penting sebenarnya, jika pemahaman menjaga lingkungan dilakukan melalui mental.
Untuk itu, Conservation Mentality (Come), suatu lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang lingkungan, sengaja memfokuskan perhatian menjaga lingkungan khususnya di Sumatera dari sisi mental.
"Kita berusaha merubah mental masyarakat untuk menjaga lingkungan, dimulai dari sekolah-sekolah. Yang pertama kita lakukan di Kabupaten Phak-phak Barat pada 17 Maret.
Selama satu minggu di enam sekolah kita melakukan sosialisasi pentingnya menjaga lingkungan," kata Direktur Come, Jenny R.L.Berutu, SH, SpN, didampingi Sekretaris Nina Tikasari dan Ida Marni, staf Balai Besar Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut, baru-baru ini di Medan.
Selama satu minggu di enam sekolah kita melakukan sosialisasi pentingnya menjaga lingkungan," kata Direktur Come, Jenny R.L.Berutu, SH, SpN, didampingi Sekretaris Nina Tikasari dan Ida Marni, staf Balai Besar Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut, baru-baru ini di Medan.
Pemilihan lokasi di sana, menurut Jenny karena 87 persen Phak-phak Barat merupakan daerah hutan. Untuk itu, kepedulian terhadap hutan (lingkungan) tentu sangat dibutuhkan hingga dapat menjadi penyaring udara yang kotor.
Dijelaskan, sejak Come berdiri 2008, mereka memang sengaja memfokuskan diri ke lingkungan. Sebab, manusia hidup di bumi tentu lingkungan sangat berpengaruh besar. Karena itu, bagaimana kita menjaga lingkungan agar tetap sehat, sebab saat ini kerusakan yang terjadi sudah sangat parah.
Ditambahkan Ida, setelah di Phak-phak Barat mereka ‘bergeser’ ke Pantai Gading, Langkat melakukan dalam rangka Earth Day, dilakukan pemulihan lingkungan dengan menanam bibit mangrove sebanyak 1000 batang. Saat itu, mereka didukung dengan Konsul Amerika, Tolan Tiga, Come dan masyarakat setempat dan banyak mendapat bantuan dari para relawan, khususnya yang peduli terhadap lingkungan.
Setelah penanaman 1000 batang mangrove, kata Ida, masyarakat sengaja dilibatkan untuk bersama-sama menjaganya sehingga ke depannya diharap mangrove menjadi tempat masyarakat mencari ikan. Selain itu, lahan kosong di sekitarnya turut ditanami mangrove serta melakukan penyulaman kembali terhadap bibit yang tidak tumbuh.
"Mangrove tanaman spesifik dan bisa hidup justru di pasang surutnya air laut yang kadar garamnya terasa untuk mangrove," jelas Ida.
Kegiatan lain yang dilakukan yakni di paluh-paluh air Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Kelurahan Paya Pasir, Marelan, Selasa-Rabu (8-9/6), bekerjasama dengan Muspika setempat, PT Tolan Tiga, BBKSDA, Badan Metrologi dan Geofisika dan Kelimatologi (BMKG), Balai Pengelolaan Hutan Mangrove (BPHM) dibantu Mapala dari universitas negeri dan swasta di Medan serta sejumlah staf Come seperti Yasra, Rullyawan, Saut Siallagan, Dana, Aziz, Ateng, M.Said, David, dalam rangka Event World Empirontment Day (Hari Lingkungan Hidup se Dunia).
"Tolan Tiga menyerahkan 5000 batang mangrove dan kita tanam di alur sepanjang 3 Km dan kita akan terus memantau perkembangannya," kata Ida.
Sangat Rusak
Soal pemilihan lokasi, Ida menjabarkan karena tempat itu sudah sangat rusak, populasi udara sudah begitu tercemar bahkan airnya menghitam. Kita berharap, sebutnya, semoga hutan bakau di lokasi itu hidup kembali karena sangat membantu masyarakat di sekitar dengan munculnya ikan-ikan tentu tak ketinggalan oksigen yang besar.
Dia menjabarkan, Kota Medan mempunyai permasalahan dengan sampah. Penduduk kota Medan dengan jumlah sekira 2.250 ribu jiwa, rata-rata memproduksi sampah/limbah rumah tangga terdiri dari bahan organik dan non organik serta limbah beracun (khususnya limbah pabrik ) yang dibuang di 2 lokasi, yaitu TPA Medan Marelan dan Namo Bintang masih belum tertata baik.
Idealnya, sebut Ida, sekitar lokasi ini harus dikelilingi pohon hijau guna mengurangi emisi sampah yang terbakar dan mengurangi bau limbah sampah. Limbah sampah merupakan tambang bagi masyarakat pemulung tapi sebagian orang malah merasa jijik. Namun sampah sebenarnya merupakan tambang yang menghasilkan, terlebih lagi bila masyarakat diberi keahlian mengolah limbah menjadi barang yang siap dipakai kembali.
Ke depan, sambung Jenny, Come akan melakukan hal seperti itu secara berkala, baik menengah maupun jangka panjang untuk berpartisipasi menjaga lingkungan.
Dia juga mengimbau masyarakat, agar selalu menjuga bumi. Sebab udara sekarang sudah sangat tercemar dengan polusi kendaraan, pabrik dan sebagainya. Karena itu harus diimbangi dengan menjaga bumi ini tetap bisa dihuni anak cucu kita ke depan.
"Mari kita mulai dari diri sendiri seperti peduli kepada sampah, menghemat kertas, memanfaatkan plastik sebaik-baiknya, jangan menebang pepohonan dan sebagainya.
Yang jelas, kita berupaya membentuk mental-mental konservasi dan merubah cara pandang masyarakat bagaimana menjaga lingkungan.
Sementara, Kepala BBKSDA, Ir. Jati Witjaksono mengatakan, dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia, BBKSDA Sumut memberi apresiasi tinggi COME yang telah menunjukkan aksi nyata dalam bentuk peranserta masyarakat, dalam rangka mewujudkan kota Medan dan Sumut yang bersih dan sehat.
"Dengan tema kegiatan "Many People, One Planet, One Future", maka kita harus mulai sekarang menjaga lingkungan hidup kita untuk keberlanjutan generasi yang akan datang,"