Header Ads

Buah-buahan pun Makin Mengecil

Akibat Pemanasan Global

Pemanasan global menyebabkan banyak perubahan dalam suatu ekosistem. Di kawasan pegunungan Saree, Aceh Besar, misalnya, hasil penelitian menunjukkan, perubahan iklim telah membuat ukuran buah-buahan menjadi lebih kecil dan tingkat daya tahan menurun sehingga harus langsung dilakukan pemanenan.

Penelitian itu dilakukan pada Januari 2010 yang didanai oleh International Conference on Aceh and Indian Ocean Studies (ICAIOS). Penelitian menggunakan pendekatan mix paradigm dengan menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif. Instrumen penelitian adalah kuesioner sebagai alat wawancara dengan responden.

“Penelitian bertujuan untuk melihat kerentanan masyarakat miskin yang tinggal di desa Saree terhadap perubahan iklim yang terjadi di lingkungan mereka,” kata salah seorang peneliti, Muhammad Nizar Abdurrani, kepada Serambi, Rabu (26/1).

Dari hasil penelitian tersebut diketahui, musim hujan dalam 10 tahun terakhir ini menjadi lebih terlambat. Musim panas yang sebelumnya berlangsung pada Januari-Maret bergeser menjadi April-Juni. Suhu udara juga semakin meningkat yang ditandai dengan berkurang kabut.

Meski tidak terjadi perubahan kuantitas dan kualitas pada hasil pertanian seperti ketela, bengkuang, ubi kayu, dan padi, namun perubahan lama musim hujan dan musim penghujan selama 10 tahun terakhir telah membuat ukuran buah-buahan yang dihasilkan semakin mengecil.

Daya tahan buah juga mengalami penurunan sehingga harus segera dipanen jika sudah tiba masanya. Buah bengkuang misalnya, sekarang harus segera dipanen jika telah berumur tiga bulan. Sedangkan 10 tahun lalu, bengkuang seukuran 5 kilogram masih akan tetap bertahan (tidak membusuk) meskipun dibiarkan tetap berada di dalam tanah.

Di samping itu, serangan satwa liar seperti babi hutan dan monyet diakui warga setempat juga menjadi lebih sering bila dibandingkan 10 tahun lalu. Keuntungan yang diperoleh petani dari penjualan buah-buahan juga merosot drastis, dari 80 persen menjadi 30 persen bila hujan atau panas berlangsung berkepanjangan.

Penelitian tersebut juga mengungkapkan kalau masyarakat setempat berharap pemerintah bisa membantu mengatasi kondisi tersebut dengan membantu memberikan jenis-jenis benih ungul baik jangung dan padi yang mampu beradaptasi terhadap kondisi iklim yang berubah. Pemberian bibit juga harus disesuaikan dengan kondisi musim.

“Kita berharap, kondisi ini bisa menjadi perhatian serius pemerintah untuk membantu petani mengatasi dampak dari perubahan iklim yang terjadi,” kata Nizar yang juga aktivis Walhi Aceh tersebut.(yos)
Diberdayakan oleh Blogger.